Wisata Kampung Patin Kampar: dari Budi Daya hingga Sumbangan 20% Entrepeneur

Logo
Unit Pembenihan Rakyat (UPR) di Kampung Patin.

RIAUHITS.COM (KOTO MESJID) - Kampung Patin atau Graha Pratama Fish yang berlokasi di Desa Koto Masjid, Kabupaten Kampar, Riau, dipadati sekitar 130 mahasiswa STIE Riau Pekanbaru, Sabtu (3/11/2018). Didampingi tiga dosen pengampu mata kuliah Studi Kelayakan Bisnis, Manajemen Strategi, dan Manajemen Operasional, mereka melakukan studi wisata ke salah satu kawasan sentra penghasil ikan patin terbesar di Riau itu.

Lokasi Kampung Patin itu dapat ditempuh via perjalanan darat dengan estimasi waktu tempuh sekitar dua jam Pekanbaru. Sebuah gapura sebagai petunjuk lokasi terpacak kukuh di depan, tepat di tepi ruas jalan lintas Riau--Sumatera Barat.

Pengelola Kampung Patin, Suhaimi, mengatakan, penamaan Kampung Patin karena banyak ikan patin yang dibudidayakan di sini. Menurutnya, dahulunya, penduduk di lokasi tinggal di pinggir sungai, yang kini menjadi dasar PLTA Koto Panjang. Sewaktu masih tinggal di tempat itu, warga dulunya masih bisa menangkap ikan kapan saja, baik dengan memancing hingga menombak.

"Kami sempat khawatir takut tidak makan ikan karena dipindahkan," ucapnya saat berbicara kepada mahasiswa STIE Riau.

Ditambahkannya, produksi ikan patin mereka kini mencapai 12--15 ton sehari. Suhaimi menyatakan, meski tanpa irigasi, petani ikan dahulunya dapat memelihara ikan karena sumber daya manusia (SDM) yang mendukung.

"Waktu pindah dikasih rumah sosial (papan) dan kebun karet dan hanya sebagian ditanami. Beberapa tahun setelah pindah, uang kompensasi habis dan masyarakat hampir miskin. Kemudian, ide untuk budi daya ikan pun dimulai. Dicova dari ikan mas, ikan nila, dan akhirnya yang cocok ikan patin," jelasnya.

Dia menuturkan, di Kampung Patin, prinsipnya adalah satu kawasan satu produk. Harapannya, satu rumah akan memiliki satu entrepeneur.

"Motonya, tiada rumah tanpa kolam ikan. Jika tak punya maka menyewa. Di sini (Kampung Patin, red) akan menyumbang 20% entrepeneur," paparnya.

Suhaimi sendiri mengaku punya lahan kolam seluas 7 hektar dengan 32 kolam di atasnya. Dia menambahkan, sosialisasi ikan patin berhasil sehingga stok ikan tersebut di sini sering tak mencukupi. Luas lahan ikan di sini, imbuhnya, 110 hektare. Ikan dipelihara di kolam tanah dengan mesin dab.

"Juga ada pabrik pakan ikan di sini, lebih dari 30 pabrik. Semua masyarakat di sini hampir terlibat semuanya, mulai dari supplier pakan hingga panen. Hal itu membuat pengangguran hampir tak ada di sini (multiplier effect)," ucapnya.

Kata dia lagi, di Kampung Patin juga terdapat tempat pengolahan ikan, mulai dari nugget ikan, bakso ikan, kerupuk kulit ikan, abon ikan, batagor ikan, fillet ikan, ikan asap/salai. Suhaimi, bahkan, juga menjadi penyuplai ikan patin untuk maskapai Garuda Indonesia penerbangan dari Pekanbaru.

"Saya sudah mendapat lima penghargaan sejauh ini," ujarnya seraya menambahkan bahwa tamu yang datang ke sini berasal dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa hingga pejabat, misalnya Dahlan Iskan yang saat itu menjabat sebagai menteri BUMN era Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Jamuan makan siang juga disiapkan oleh Suhaimi di lokasi. Sejumlah perempuan paruh baya tampak mengolah ikan patin menjadi berbagai macam masakan.

Kampung Patin juga memiliki Unit Pembenihan Rakyat (UPR), yang mampu menghasilkan jutaan benih patin yang biasanya langsung terjual dalam hitungan jam. Tampak juga beberapa kolam ikan tempat pembibitan tersebar di lokasi. (rht)



BACA JUGA

Comments (3)

  • Logo
    - Tahmina Akthr

    Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Velit omnis animi et iure laudantium vitae, praesentium optio, sapiente distinctio illo?

    Reply

Leave a Comment



Masukkan 6 kode diatas)