Ikuti Perkembangan Zaman, Ini Program Ketua Umum Baru PWI 2018-2023 Atal S Depari

Logo
Atal S. Depari (tengah) akan memimpin PWI periode 2018-2023.

(RIAUHITS.COM) SOLO - Dalam Kongres XXIV PWI di The Sunan Hotel Solo, Sabtu (29/9/2018), Atal Sembiring Depari atau Atal S Depari, Ketua Bidang Pembinaan Daerah PWI Pusat, terpilih sebagai Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Periode 2018-2023. Atal S Depari unggul dalam pemungutan suara dari lawannya, Hendry Ch. Bangun (Kompas), dalam pemilihan itu.

"Saya kira keberhasilan saya itu karena memang saya dekat dengan daerah," ujarnya usai memenangkan pemilihan.

"Sebagai ketua bidang daerah, saya termasuk banyak sekali menangani masalah-masalah daerah," imbuhnya.

Di daerah, terangnya, sering terjadi masalah hingga terjadi pertengkaran. Meski begitu, pihaknya tidak pernah lari dari masalah.

"Saya harus selesaikan masalah-masalah itu," tegasnya.

Dua nama, yaitu Atal S Depari dan Hendry Ch. Bangun harus bersaing dengan tiga nama lainnya di nominasi bakal calon ketua umum PWI. Kelima bakal calon ketum PWI itu ialah Atal S Depari, Hendry Ch Bangun, Sasongko Tedjo, Teguh Santosa, dan Ahmad Munir. Atal S Depari menggantikan Ketua Umum PWI sebelumnya, Margiono yang telah menjabat dua periode.

Atal S Depari yang merupakan Putra Karo, Sumatera Utara, itu diketahui merupakan wartawan yang meniti karier dari bawah. Dia pernah menjadi korektor dan wartawan di Harian Sinar Pagi. Selanjutnya, dia pindah ke Harian Umum Suara Karya hingga menjadi redaktur olahraga.

Kemudian, dia ikut membidani lahirnya Tabloid Olahraga GO. Pada awal reformasi, Atal dipercaya menjadi Pemimpin Redaksi Harian Sinar Pagi. Dia pun membidani Tabloid Dinamika dan melahirkan Harian Berita Kota. Selanjutnya, dia melanglang ke Palembang Sumatera Selatan menerbitkan Berita Pagi.

Selepas dari Palembang, dia terbang ke Palangkaraya Kalimantan Tengah mendirikan Koran Tabengan. Setelah melanglang buana, Atal akhirnya kembali ke Suara Karya menjadi Wakil Pemimpin Redaksi. Akan tetapi, kemudian koran corong Partai Golkar ini berhenti terbit. Atal lantas memimpin media online suarakarya.id.

Di media itu, Atal berjuang untuk mewujudkan hak-hak wartawan Suara Karya yang belum dipenuhi perusahaan, termasuk berjuang ke Partai Golkar, tetapi perjuangan tersebut tidak pernah digubris.

Adapun dalam pemungutan suara di Hotel The Sunan, Solo, Sabtu (29/9/2018), Atal meraih 38 suara, sedangkan Hendry Ch Bangun 35 suara. Sebelumnya, pada awal penjaringan calon ketua umum mencuat tiga nama, yakni Hendry C Bangun, Atal Sembiring Depari, dan Sasongko Tedjo. Atal meraih 19 suara, Hendry 16 suara, Sasongko 1 suara, dan dua suara tidak sah.

Akan tetapi, Sasongko kemudian menyatakan tidak bersedia dicalonkan. Sebelum pemilihan kedua kandidat melakukan penandatanganan pakta integritas. Isinya berjanji tidak terlibat uang, terpilih akan sepenuhnya menjalani organisasi dan tidak membawa politik dan lainya. Pemilihan berlangsung secara demokratis.

"Ini luar biasa! Belum pernah excited begini dalam hidup saya. Saya belajar banyak dari kongres ini," katanya dalam sambutannya usai pemilihan.

Dia mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah memilihnya dan yang mau mempercayainya dalam menjabat sebagai ketua PWI Pusat.

“Terima kasih atas dukungannya. Mari kami cairkan kembali suasana ini. Kami tetap satu PWI,” ucapnya usai acara pemungutan suara.

Terkait susunan kepengurusan di bawah komandonya, Atal mengungkapkan, dia meminta waktu satu bulan. Dalam menyusun kepengurusan dia akan didampingi oleh anggota formatur Margiono dan Ilham Bintang.

“Tapi lebih cepat lebih baik karena saya ingin segera bekerja,” jelasnya.

Dalam visi dan misinya, Atal akan menjadikan PWI menjadi organisasi profesional dan bermartabat di era transformasi lanskap media dengan spirit kebangsaan, kebebasan dan kretivitas digital. Dia akan membuat program pendidikan berbasis teknologi digital, perbaikan manajemen dan administrasi teknologi digital, gerakan nasional jurnalistik Goes to School.

Adapun PWI sebagai inisiator dan stakeholder perumusan regulasi media baru serta banyak lagi program yang akan dilakukan.

"Kami harus mengikuti zaman now ini," paparnya.

Di sisi lain, dia lebih banyak menyoroti tentang peningkatan kompetensi untuk wartawan. Dia mengatakan selama ini PWI sudah melaksanakan banyak program pendidikan, seperti Sekolah Jurnalistik Indonesia dan Uji Kompetensi Wartawan (UKW).

"Meski demikian, dari data tersebut ada sebuah fakta bahwa banyak wartawan di bawah PWI belum tersentuh pendidikan yang standar. Saya pikir kita lebih banyak learning by doing," ungkapnya.

Dia pun nantinya akan memperbaharui kurikulum pendidikan dan akan disesuaikan dengan era saat ini di mana semua berbasis dalam jaraingan.

"Program yang akan saya laksanakan pada tahun pertama adalah digitalisasi PWI, saya ingin ada PWI Apps di mana bisa menghubungkan para anggota PWI," terangnya.

Lebih jauh, dia berjanji mengemban amanah untuk memimpin PWI ke arah yang lebih baik. Dia akan mewujudkan PWI zaman now dengan menjadi organisasi profesional dan bermartabat di era transformasi lanskap media dengan spirit kebangsaan, kebebasan, dan kreativitas digital.

Adapun mimpi besar Atal, yakni mewujudkan program pendidikan anggota yang lebih merata ke seluruh Indonesia berbasis teknologi digital. Kemudian, mewujudkan peran PWI sebagai inisiator dan stakeholder perumusan regulasi tentang media baru dengan tetap mempertahankan prinsip kebebasan pers, indepedensi, dan kebebasan berpendapat.

"Juga mewujudkan perbaikan manajemen dan administrasi untuk menjadikan PWI sebagai organisasi yang berbasis pada penggunaan teknologi digital, khususnya dalam pendataan aset, pendataan anggota, dan kegiatan organisasi. Nantinya semua dapat diakses dan dilihat oleh siapapun di pwi.app. Ada semua, mulai sejarah, etika profesi, jumlah keanggotaan seluruh Indonesia, dan kegiatan-kegiatan lainnya," tegasnya.

Perhatian seriusnya tertuju kepada bidang pendidikan. Fakta empiris, masih banyak anggota PWI belum tersentuh pendidikan profesi wartawan yang standar. Sebagian besar melewati proses learning by doing. Adapun Uji Kompetensi Wartawan (UKW) dan Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI) PWI telah berjalan baik tetapi belum memenuhi harapan wartawan seluruh Indonesia.

"Karena itu, materi dan kurikulum SJI dan UkW harus diperbaharui. Dan dengan memanfaatkan teknologi, proses belajar mengajar di area PWI harus lebih diefesienkan dan diefektifkan. Dieefesienkan misalnya, selama ini SJI membutuhkan dana pelaksanaan hingga Rp200 juta bisa dimudahkan dengan study jarak jauh," paparnya.

Di samping itu, ada strategi pendidikan, yakni dengan jangka pendek, menengah, dan panjang.

"Strategi ini diperlukan agar program pendidikan didasarkan atas prioritas atau tingkat kebutuhan," katanya.

Dia menilai, itu semua dilakukan untuk membangun kelembagaan pendidikan profesi wartawan yang kuat, kokoh, dan berwibawa.

"Bersama pemerintah dan Dewan Pers, PWI dirasa perlu untuk meneguhkan diri sebagai organisasi profesi yang secara sadar membangun entitas dan kredibilitasnya dari upaya yang tak pernah berhenti mewujudkan wartawan yang profesional, berwawasan, dan beretika," tandasnya. (rzt)



BACA JUGA

Comments (3)

  • Logo
    - Tahmina Akthr

    Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Velit omnis animi et iure laudantium vitae, praesentium optio, sapiente distinctio illo?

    Reply

Leave a Comment



Masukkan 6 kode diatas)